Ada
komentar menarik dan toleran dari Ibnu hajar Al-Atsqolany dlm Fathul
Bari, ketika membahas ttg dalil2 bilangan rakaat tarawih tersebut :
والجمع بين هذه الروايات ممكن باختلاف الأحوال ، ويحتمل أن ذلك الاختلاف بحسب تطويل القراءة وتخفيفها فحيث يطيل القراءة تقل الركعات وبالعكس ، وبذلك جزم الداودي وغيره ،
Mengkompromikan
antara riwayat2 tersbut (riwayat yg menyebutkan 11 dan 23 raka’at)
sangat mungkin, dgn membawa pemahaman kita bahwa mereka yang
melaksanakan shalat tarawih tersebut dilihat dari kondisinya. Kita bisa
memahami bahwa perbedaan jumlah raka’at tersebut dikarenakan kadangkala
bacaan tiap raka’atnya panjang dan kadangkala pendek. Ketika bacaan
tersebut dipanjangkan, maka jumlah raka’atnya semakin sedikit. Demikian
sebaliknya. dan ini ditegaskan oleh Ad Dawudi dan yang lainnya.
Sedangkan dalam madzhab Syafi'i memilih 20 rakaat, seperti yang fatwakan oleh Imam Asy-Syuyuthi dalam Al-Hawi lil fatawa:
ومذهبنا
أن التراويح عشرون ركعة لما روى البيهقى وغيره بالإسناد الصحيح عن السائب
بن يزيد الصحابي رضي الله عنه قال كنا نقوم على عهد عمر رضي الله عنه
بعشرين ركعة والوتر -هكذا ذكره المصنف واستدل به
Dan
dalam madzhab kita (syafi'iyah) menyatakan sesungguhnya shalat tarawih
itu dilakukan berjumlah 20 rakaat. hal ini berdasarkan pada hadits nabi
yang diriwayatkan Imam Baihaqi dengan sanad Shahih, dari Saib bin Yazid
ash-Shahaby, ia mengatakan : kita mengerjakan shalat tarawih pada masa
Umar bin Khaththab dengan 20 rakaat ditambah witir.