PEMBAGIAN TAUHID = JURANG KEMUSYRIKAN

Diposkan oleh Label: di
Kita bahas Tauhid, terutama Tauhid Uluhiyyah dan Rububiyyah yang sekarang telah menyerang generasi muda kita, benarkah Uluhiyyah dan Rububiyyah itu adalah konsep ketauhidan yang dapat dipertanggung jawabjan, atau justru akan menjerumuskan yang meyakininya ke dalam jurang pensyirikan?

Mentauhidkan Allah sebagaimana selaras dengan arti yang terkandung dalam kalimat Allah itu sendiri.

Kalimat ألله merupakan kalimat dimana makna2 bertemu dengan mashdar2nya, antara lain;

ألهت إلى زيد : إذا سكنت إليه واطمأننت

"Saya nyaman kepda zaid "ketika saya berdiam diri dan tentram kepadanya.

أله الرجل : إذاستجار

Seorang Lelaki meminta pertolongan: ketika dia bersanding.

أله الرجل إلى الجل : إتجه إليه لشدة شوقه

Seorang Lelaki menuju kepada seseorang : Menghadap kepadanya karena sangat ingin.

أله الفصيل بإمه : إذا ولع بها

Anak yang di sapih suka kepada Ibunya : Ketika dia menyukai Ibunya.

أله : عبد

Menuhankan : Menyembah.

Senada dengan apa yang di sampaikan oleh Ibnu Al Qoyyim Al Jauzi dalam kitabnya Madarijus salikiin (1/8), bahwa :

"Penamaan/sebutan ألله menunjukkan bahwa Dia adalah sebagai Yang di Tuhankan dan di sembah, di Tuhankan oleh semua mahluq dengan penuh kecintaan, pengagungan, tunduk dan berlindung kepadaNya dalam semua kebutuhan dan musibah yang menimpa. Apa yang terkumpul dalam Kalimat Allah sudah mencakup arti daripada pentauhidan atas Uluhiyyah dan RububiyyahNya, yang kemudian di jadikan alasan kenapa kita harus menyembahNya. "

Agar lebih jelas, dan tidak terbawa oleh asumsi yang membedakan antara Kedua sifat itu, kemudian berlanjut memisahkannya dalam meyakininya, kita coba bahas satu persatu.

Rububiyyah:

إفرادالله تعالى بالخلق, والملك, والتدبير (فتاوى أركان الإسلام لمحمد بن صالح العثيمن(

"Menunggalkan Allah dalam Mencipta, merajai dan mengatur" (Fatawa Arkanu Al Islam oleh Al Utsaimin hal 10 bab ma ta’rifu al tauhid).

Artinya kita meyakini bahwa Allahlah satu satunya Dzat yang Mencipta, merajai dan mengatur semua Mahluq. Shifat RububiyyahNya Allah itulah yang di jadikan alasan Allah sendiri kenapa Kita harus menyembah hanya kepadaNya.

ياأيهاالناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم .................إلخ

"Hai Manusia sembahlahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang orang sebelummu............"

Uluhiyyah :

إفرادالله تعالى بالعبادة

"Menunggalkan Allah dalam Penyembahan/ Ibadah"



Kita Hanya menyembah kepada Allah, karena memang Dialah satu satunya yang berhak di Ibadahi. Bagaimana kita mau menyembah kepada sesuatu yang yang tidak kita yakini eksistensinya dalam keMaha TunggalanNa, KuasaNya, Maha MengaturNya dan Maha MerajaiNya.

Jadi Rububiyyah dan Uluhiyyah itu tidak bisa di pisah satu sama lain!!!! keduaNya adalah Shifat yang membedakan antara Makhluq dan Kholiq pada umumnya.

Lebih jelasnya;

ألربوبيه : باعتبار أثر الوجود

"Rububiyyah itu adalah ungkapan/penjelasan dari reaksi sesuatu yang wujudnya dari yang Maha Wujud",

ألوهيه : باعتبار واجب الوجود

"Uluhiyyah itu penjelasan dari eksistensi Dzat yang wajib Wujudnya"

Nah, jika Uluhiyyah dan Rububiyyah itu adalah ShifatNya Dzat, kenapa harus ada pembagian Tauhid Asma, wasshifat? (ikon melet sambil mrengut). Jangan2 Mereka meyakini keduanya adalah sifat yang terpisah dengan Dzat, padahal kita di perintah menyembah Dzat, bukan menyembah Shifat.

Salam melet Kethop Kethop ToniBoster

Oleh : Mbah Zainal Wong Wongan
Post a Comment

Back to Top