HUKUM MEMBAWA TANAH HARAM (MAKKAH) KELUAR NEGERI

Diposkan oleh Label: di
Mengeluarkan dan memasukkan tanah (selain) haram makkah itu gak boleh (Makruh dan Haram), apabila membawanya harus dikembalikan.

أما الأحكام ففيه مسائل : ( إحداها ) اتفقت نصوص الشافعي والأصحاب على جواز نقل ماء زمزم إلى جميع البلاد , واستحباب أخذه للتبرك , ودليله ما ذكره المصنف مع ما ذكرته

Adapun kwsimpulan hukum ttg masalah (membawa tanah haram dan batu dan lainnya keluar makkah) ini adalah:
1. telah sepakat, sesuai teks imam syafi'i dan sahabatnya (ulama syafiiyah) atas kebolehan membawa air zamzam kpd seluruh negara, dan disukai untuk mendapat tabarruk, dalilnya seperti yang disebutkan penulis dan yang aku sebutkan diatas.

( الثانية ) اتفقوا على أن الأولى أن لا يدخل تراب الحل وأحجاره الحرم ; لئلا يحدث لها حرمة لم تكن , ولا يقال : إنه مكروه ; لأنه لم يرد فيه نهي صحيح صريح , وأما قول صاحب البيان : قال الشيخ أبو إسحاق : لا يجوز إدخال شيء من تراب الحل وأحجاره إلى الحرم فغلط منه , ولم يذكر الشيخ أبو إسحاق هذا الذي ادعاه

2. disepakati bahwa diutamakan untuk tidak membawa masuk tanah halal dan batunya (selain makkah) kepada tanah haram mekkah, tidak dikatakan haram atau makruh karena tidak ada dalil shorih yang melarangnya.
adapun pernyataan pemilik kitab Al-bayan : abu Ishak mengatakan : tidakk boleh memasukkan tanah halal dan batunya pada tanah haram, terdapat kekeliruan darinya, kren syeikh abu ishaq tidak menyebutkan statemen ini.

( الثالثة ) قال المصنف لا يجوز إخراج تراب الحرم وأحجاره إلى الحل , هذه عبارة المصنف , وكذا قال المحاملي في كتابيه المجموع والتجريد : لا يجوز إخراجهما , وتابعهما صاحب البيان في هذه العبارة , وقال صاحب الحاوي : يمنع من إخراجهما , وقال الدارمي : لا يخرجهما , وقال كثيرون , أو الأكثرون من أصحابنا : يكره إخراجهما , فأطلقوا لفظ الكراهية . ممن قال يكره : الشيخ أبو حامد في تعليقه , وأبو علي البندنيجي , والقاضي حسين والبغوي والمتولي وصاحب العدة والرافعي وآخرون .
وقال القاضي أبو الطيب في كتابه المجرد : قال الشافعي في الجامع الكبير ولا أجيز في أن يخرج من حجارة الحرم وترابه شيئا إلى الحل ; لأن له حرمة قال : وقال في القديم : ثم أكره إخراجهما , قال الشافعي : ورخص بعض الناس في ذلك , واحتج بشراء البرام من مكة , قال الشافعي : هذا غلط فإن البرام ليست من حجارة الحرم , بل تحمل من مسيرة يومين أو ثلاثة من الحرم . هذا نقل القاضي . وهكذا نقل الأصحاب عن الشافعي نحو هذا فحصل خلاف للأصحاب في أن إخراجهما مكروه أو حرام , قال المحاملي وغيره : فإن أخرجه فلا ضمان , قال الماوردي وغيره : وإذا أخرجه فعليه رده إلى الحرم , قال الشيخ أبو حامد في موضع آخر , وهو آخر الحج من تعليقه : ذكر الشافعي هذه المسألة في الأمالي القديمة , وعللها بأن الحرم بقعة تخالف سائر البقاع , ولها شرف على غيرها بدليل اختصاص النسكين بها ووجوب الجزاء في صيدها فلا تفوت هذه الحرمة لترابها , والله أعلم .

3. musonnif berkata tidak boleh membawa tanah haram dan batunya ke tanah halal, ini pernyataan mushonnif, demikian juga yang dikatakan Al-Mahamily dalam kitabnya majmu' wat tajrid : "tidak boleh mengelurkan (membawa) keduanya", diikuti oleh pemilik kitab Al-Hawi : "dilarang membawa keduanya", Ad-darimi mengatakan: "jangan membawa keduanya", kebanyakan sahabat kami (ulama syafiiyah) mengtakan : "makruh membawa keduanya" mereka menggunakan lafadz Makruh. Yang mengatakan makruh diantaranya : Syek Abu hamid dalam ta'liqnya, Abu Ali Al-Bandinijy, Al-Qadi Husain, Al-Baghawy, Al-Mutawwali dan pemilik kitab Al-'Uddah, Imam Rafi'i dan selainnya.
Al-Qadi Abu AtThayyib mengatakan dala kitab Al-Mujarrad : Imam Syafi'i mengatakan dalam kitab Al-Jami' Al-Kabir tidak diperbolehkan membawa batu dan tanah haram ke tanah halal, karena hal itu diharamkan, dalam qaul qadim imam syafi'i mengatakan dimakruhkan membawa keduanya. Imam Syafi'i mengatakan: dan sebagian orang memberi keringan pada para pengerajin gerabah, ini keliru karena gerabah itu tidak menggunakan batu haram, melainkan membawa dari tempat yang jauh sekitar 2 atau 3 hari perjalan dari tanah haram. ini kutipan Al-Qadi. dan demikian pula seperti dinukil oleh para ashab syafi'i. Alhasil terdapat perbedaan diantara ashab (ulama') syafi'iyah ttg hukum membawa keluar batu atau tanah haram itu makruh atau haram.
Al-mahamily dan lainnya mengatakan : jika membawanya maka tdak ada tanggungan atasnya, sedangkan Al-mawardi mengtakan : jika membawanya keluar, maka harus mengembalikannya ke haram (makkah).
Syeikh Abu hamid dalam akhir bab haji berkomentar : Imam Syafi'i menyebutkan dalam kitab Al-Amali Al-Qadimah, illahnya itu adalah karena tempat tanah haram ini berbeda dengan tempat lainnya, bagi tanah haram itu terdapat keutamaan atas yang lainnya dengan dalil kekhususan menggundul rambut dan kewajiban menjaga binatang buruannya dan keharamannya tidak hanya berhenti pada tanahnya saja. Wallahu a'lam.

Sumber :
Kitab Al-Majmu' syarhul Muhadzdzab bab membawa keluar tanah haram dan batunya : juz 7 hlm 460
المجموع شرح المهذب - إخراج تراب الحرم وأحجار- -الجزء 7 -صفحة 460
Post a Comment

Back to Top