ASY-'ARIYAH AKAN DIBUMI HANGUSKAN OLEH SALAFI

Diposkan oleh Label: di

Volume 1

Kitab "Syarah Kitab Tauhid Min Shahih al-Bukhari", karya Direktur Pascasarjana Universitas Islam Madinah; Abdullah bin Muhammad al-Ghunaiman As-Salafi.

 


Halaman 25

Tidak diragukan lagi bahwa al-Asy’ari (w.324H) mempunyai argumen yang bagus ketika menyanggah Ahlu Bid’ah, tentunya ini termasuk argemen yang dapat diterima, dan pemilik argumen itu layak dipuji jika memang niatnya ikhlas.

Pada sisi lain, ia juga mempunyai perkataan yang bertolak belakang dengan sebagian –tuntunan- Sunnah, yang merupakan perkataan yang mesti ditolak, dan orangnya dapat dicela jika masih saja tetap melakukannya setelah dia disodorkan hujjah. Semoga Allah mengampuni kita dan baginya.

Akhir-akhir ini di dunia Islam banyak yang menisbatkan diri kepada Al-Asy‘ari, dari kalangan pengikut empat mazhab fikih. Dia bertumpu kepada takwil teks-teks shifat dengan takwil yang terkadang menjurus kepada-
 



Halaman 26

penyelewengan makna. Terkadang dengan takwil yang sangat jauh. Dunia benar-benar telah dipenuhi oleh kitab-kitab mazhab ini (pen: al-Asy‘ari). Dan pengikutnya mengklaim sebagai Ahlussunnah. Sementara orang yang mengimani teks-teks (shifat) secara zhahirnya mereka nisbatkan kepada paham tasybih dan tajsim.

Bagi ulama Islam, pewaris Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, harus memerangi pemikiran-pemikiran yang dapat menjerumuskan ini, sesuai dengan cara yang tepat, seperti mengadakan debat, menulis, menjelaskan kebenaran dengan dalil-dalil logis dan teks. Dan terkadang –kalau perlu- dengan menguhunuskan pedang (pen: bunuh).

Di atas, penulis telah menyadari bahwa dunia Islam tidak bisa lepas dari jasa-jasa Ulama Asy'ariyyah, baik Tafsir, Hadis, Fikih, Bahasa, dll. Tentunya tidak sedikit manfaat yang mereka peroleh dari karya-karya Ulama Asy'ariyyah. Sebut saja -'Alaa Sabiil al-Mitsaal-;
 Al-Imam al-Baihaqi, yang kemudian ada sebuah buku yang ditulis oleh tokoh salafi yang mengungkap kesesatan akidah dalam al-Asma' wa al-Shifat karya al-Hafizh al-Baihaqi.
 Al-Imam an-Nawawi, yang kemudian juga muncul buku yang ditulis oleh tokoh salafi yang mengungkap kesesatan akidah dalam Syarh Shahih Muslim karya al-Imam an-Nawawi.
 Al-Imam asy-Syathibi, yang kemudian muncul buku ditulis oleh tokoh salafi yang mengungkap kesesatan akidah dalam kitab al-Muwafaqat karya al-Imam al-Syathibi, mesti keilmuan al-Syathibi banyak mereka manfaatkan untuk membahas bid'ah.

Al-Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani, yang kemudian muncul buku ditulis oleh tokoh salafi yang mengungkap kesesatan akidah dalam kitab Fathul Bari karya al-Imam Ibnu Hajar.
Ini semua disebabkan para Imam ini adalah berpaham Asy'ariyyah, dan rata-rata diakui oleh penulis-penulis itu pada pendahuluan bukunya. Meski tidak dipungkini bahwa dari kalangan salafi pun ada yang bersedia untuk bersikap bijak menyikapi ke-Asy'ariyyahan para Imam di saentero dunia. Para Imam ini telah melakukan takwil, dengan takwil yang menurut Direktur Pascasarjana di atas adalah takwil yang menjurus kepada penyelewengan makna. Asy'ariyyah tentunya akan mempersilahkan saja jika sikapnya seperti itu, selama dilakukan secara fair dan ilmiyah. Mirisnya, setelah jasa para ulama Asy'ariyyah dipergunakan, namun setelah itu penulis tidak sungkan menyampaikan; "Kalau perlu dengan menghunuskan pedang". Maksudnya apa? Ada kah Asy'ariyyah yang bersikap seperti itu terhadap salafi? Di penduduk mayoritas Asy'ariyyah, penganut salafi bisa berkembang biak. Sebaliknya??? Lalu sekiranya menjadi mayoritas??? Apakah "Syahr al-Silaah" itu akan dilaksanakan juga?Allahumma Ighfir Lanaa... Aamiiin...

Oleh : Ustadz 'Ashfi Raihan 
Post a Comment

Back to Top