Benar memang, dalam kitab kitab Ulama salaf terdapat ungkapan semisal;
أصل العبادة التوقيف
"Asal ibadah adalah doktrinal"
Tetapi kalimat itu merupakan penggalan dari penjelasan mushannifnya
terkait masalah yang sedang dibicarakan, sependek yang saya ketahui
adalah dalam rangka menjelaskan duduk masalahnya perkara semisal Awqotus
Sholah, raka'at Shalat, waktu puasa, dan haji.
Tetapi oleh tetangga sebelah, kalimat itu diimpor kembali dari Imam
Ibnu Taymiyyah dengan menyempitkan maknanya dan diubah menjadi semacam
kaedah fiqih baru.
Sehingga dari akibat penyempitan makna
tersebut, mereka dengan ekstrim menuduh saudaranya sebagai ummat yang
mengada ada dalam soal agama, bahkan berdasarkan pembaruan kaidah
itulah, mereka sering cusp cuap syirik dan kapir.
Mereka menggelapkan mata dan hatinya bahwa dalam agama ada dua macam ibadah, yaitu ibadah mahdloh dan ghoiru mahdloh.
Ibadah mahdloh adalah aktifitas seseorang yang jika tidak ditujukan
kepada Allah pelakunya bisa terjatuh dalam Assyirkul Akbar, contoh;
Sujud, Shalat, haji dll. Maka ibadah dalam golongan ini bersifat
doktrinal atau Tauqif 'Ala al Nushush.
Adapun Ibadah Ghoiru
Mahdloh adalah aktifitas yang hanya bisa bernilai ibadah jika dengan
niyat ta'abbud, contoh; Makan dan Minum yang diniyatkan agar kuat
menjalankan Ketaatan. Dan jika tidak disertai niyat tidak punya nilai
ibadah didalamnya, tetapi juga tidak membuat ia syirik atau kafir, asal
tidak ada perkara yang dapat menyebabkannya, contoh; meyakini makan dan
minumnya dapat menimbulkan kekuatan secara mandiri.
Tidak hanya sampai disitu saja, bahkan mereka dengan berani merubahnya kearah yang lebih ekstrim, seperti;
أصل العبادة المنع
"Asala ibadah itu tercegah"
أصل العبادة الحظر
"Asal ibadah itu terlarang"
Yang terjadi kemudian, mereka melarang apapun aktifitas Ummat Islam
lain untuk dijadikan sesuatu yang bernilai ibadah. Seperti memperingati
hari kemerdekaan dalam rangka bersyukur, mencium mushaf sebagai ungkapan
penghormatan dll.
Padahal tak jarang juga dikitab kitab ulama itu terdapat penjelasan semacam;
أن الأصل في العبادة النية
"Sesungguhnya pokok didalam ibadah itu adalah niyat"
Kenapa kalimat ini tidak dijadikan kaedah baru pula? Karena jika itu
dimunculkan, akan menghantam cocotnya yang suka koar koar bid'ah.
Oleh : Mbah Zainal Wong-Wongan