Dlm khazanah islam, bnyk buku2 sastra. di antaranya ada buku "kalilah
wa dimnah" yg dikarang ibnul muqoffa'; n ada juga buku "nawadir juha"
atau kumpulan kisah2 lucu nasrudin juha yg udah jadi cerita rakyat, tdk diketahui pasti siapa pengarang awalnya.
kata nabi saw,
حَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ ... فإنه كانت فيهم الأعاجيب
"ceritakanlah ttg bani israil, tdk masalah. .. sesungguhnya pada mereka dulu ada hal2 ajaib."
[HR. ahmad n abu ya'la dari jabir]
Dulu, para penyair sering membuka syair2nya dg bait2 fiktif penggelora semangat, namun nabi saw n para sahabat tdk mengingkari.
stlh menyebutkan hadits ttg bani israil di atas, imam ibnu hajar al-haitami berkata,
هَذَا دَالٌّ عَلَى حِلِّ سَمَاعِ تِلْكَ الْأَعَاجِيبِ لِلْفُرْجَةِ لَا
لِلْحُجَّةِ .. وَمِنْهُ يُؤْخَذُ حِلُّ سَمَاعِ الْأَعَاجِيبِ
وَالْغَرَائِبِ مِنْ كُلٍّ مَا لَا يَتَيَقَّنُ كَذِبَهُ بِقَصْدِ
الْفُرْجَةِ بَلْ وَمَا يَتَيَقَّنُ كَذِبَهُ لَكِنْ قَصَدَ بِهِ ضَرْبَ
الْأَمْثَالِ وَالْمَوَاعِظِ وَتَعْلِيمَ نَحْوِ الشَّجَاعَةِ عَلَى
أَلْسِنَةِ آدَمِيِّينَ أَوْ حَيَوَانَاتٍ
"ini menunjukkan
bolehnya mendengarkan kisah2 unik utk selingan, bukan utk hujjah... dari
sini jg bisa disimpulkan bolehnya mendengarkan cerita2 aneh n asing yg
tdk diyakini tdk bohong, dg maksud utk selingan. bahkan yg diyakini itu
cerita bohong pun boleh didengarkan, tapi dg maksud utk memberikan
contoh n nasehat serta pengajaran; seperti ttg keberanian, baik lakonnya
manusia ataupun hewan."
[tuhfatul muhtaj fi syarhil minhaj, jld 9, hlm 398]
jadi,
berkisah atau bercanda fiktif, jika tdk diiringi maksud utk berbohong,
apalagi ada hikmah yg bisa dipetik; maka boleh hukumnya.
ibnul wazir berkata,
الكذب هو: ما قصد المتكلّم به إيهام السّامع ما ليس بصدق
"bohong adlh: orang yg bicara bermaksud mengarahkan pendengar -bahwa perkataannya benar-, pdhl itu tdk benar."
[ar-raudhul basim fidz dzibbi 'an sunnati abil qasim, jld 2, hlm440]
wallahu a'lam.
Via Abduh Zulfidar Akaha dengan beberapa editing.