SEPUTAR MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Diposkan oleh Label: di

Terlepas dari Pro dan Kontra Peringatan Maulid Nabi Muhammad (صلى الله عليه وسلم) yang tidk akan pernah menemukan titik temu. Tulisan ini akan menjelaskan beberapa hal tentang peringatan MAULID NABI MUHAMMAD (صلى الله عليه وسلم) yang diambil dari beberapa fatwa Imam Jalaluddin As Syuyuthi, mulai dari Hukum Maulid, Sekelumit Sejarah Maulid, Faidah Maulid, Hari/tanggal kelahiran dan wafatnya Nabi Muhammad serta menyikapi antara peringatan wafatnya Nabi atau Maulid Nabi; berikut penjelasannya:

1. MAULID NABI MUHAMMAD (صلى الله عليه وسلم), BID'AH?

Imam Syuyuthi dlam kitabnya AlHawii Lil Fatawaa menjelaskan bahwa Maulid Nabi itu adlah Bid'ah, tapi BID'AH HASANAH (BID'AH YANG BAIK) dengan mengutip fatwa Ibnu Hajar Al-Atsqolany yang terdapat juga dalam Kitabnya Fathul Bary Syarah Shohih Bukhary Bab Puasa, beliau mengatakan:

وقد سئل شيخ الإسلام حافظ العصر أبو الفضل بن حجر عن عمل المولد فأجاب بما نصه: أصل عمل المولد بدعة لم تنقل عن أحد من السلف الصالح من القرون الثلاثة ولكنها مع ذلك قد اشتملت على محاسن وضدها فمن تحرى في عملها المحاسن وتجنب ضدها كان بدعة حسنة وإلا فلا

Ibnu Hajar AlAtsqolany ditanya tentang Maulid Nabi, maka beliau menjawab : Asal amal Maulid adalah bid’ah, tidak pernah ada perkataan (perbincangan) dari salafush shaleh dari kurun ke tiga, dan akan tetapi bersamanya mencakup (mengandung) kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Maka barangsiapa yang mengambil kebaikan-kebaikannya pada amal Maulid dan menjauhi keburukannya maka itulah bid’ah Hasanah (بدعة حسنة), dan jika tidak (menjauhi keburukannya) maka tidak (bukan bid’ah Hasanah)”

Sumber Kitab : http://islamport.com/w/ftw/Web/904/282.htm

Sekali lagi Imam Syuyuthi menegaskan didalam kitabnya AlHawii Lil Fatawaa bahwa Maulid itu Bid'ah, tapi BID'AH HASANAH (BID'AH YANG BAIK), yang dengan kebaikannya akan mendapatkan pahala :

فقد وقع السؤال عن عمل المولد النبوي في شهر ربيع الأول ، ما حكمه من حيث الشرع ؟ وهل هو محمود أو مذموم ؟ وهل يثاب فاعله أو لا ؟

الجواب : عندي أن أصل عمل المولد الذي هو اجتماع الناس وقراءة ما تيسر من القرآن ورواية الأخبار الواردة في مبدأ أمر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع في مولده من الآيات ، ثم [ ص: 222 ] يمد لهم سماط يأكلونه وينصرفون من غير زيادة على ذلك - هو من البدع الحسنة التي يثاب عليها صاحبها لما فيه من تعظيم قدر النبي صلى الله عليه وسلم وإظهار الفرح والاستبشار بمولده الشريف ، وأول من أحدث فعل ذلك صاحب إربل الملك المظفر أبو سعيد كوكبري بن زين الدين علي بن بكتكين ، أحد الملوك الأمجاد والكبراء الأجواد ، وكان له آثار حسنة ، وهو الذي عمر الجامع المظفري بسفح قاسيون

“Sungguh telah ada pertanyaaan tentang peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabiul awwal, tentang bagaimana hukumnya menurut syara’ dan apakah termasuk kebaikan atau keburukan serta apakah orang yang memperingatinya mendapatkan pahala ?”

Jawabannya, menurutku pada dasarnya amal Maulid itu adalah berkumpulnya manusai, membaca apa yang dirasa mudah dari Al-Qur’an, riwayat hadits-hadits tentang permualaan perintah Nabi serta tanda-tanda yang datang mengiringi kelahiran Nabi kemudian disajikan beberapa hidangan bagi mereka selanjutnya mereka bubar setelah itu tanpa ada tambahan-tambahan lain, itu termasuk kedalam Bid’ah Hasanah (bid’ah yang baik) yang diberi pahala bagi orang yang merayakannya. Karena perkara didalamnya adalah bagian dari pengagungan terhadap kedudukan Nabi dan merupakan menampakkan rasa gembira dan suka cita dengan kelahiran yang Mulya (Nabi Muhammad, dan yang pertama mengadakan hal semacam itu (perayaan besar) adalah penguasa Irbil, Raja al-Mudhaffar Abu Sa’id Kaukabri bin Zainuddin Ali Ibnu Buktukin, salah seorang raja yang mulya, agung dan demawan. Beliau memiliki peninggal yang hasanah/baik (آثار حسنة), dan beliau lah yang membangun al-Jami’ al-Mudhaffariy dilembah Qasiyun”

Sumber Kitabnya : http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=130&ID=206

2. FAIDAH MAULID NABI

Lebih jauh lagi didalam kitab Hasiyah I’anah Thalibin, karangan Al-‘Allamah Asy-Syekh As-Sayyid Al-Bakri Syatha Ad-Dimyathiy, disebutkan bahwa Imam AsSyuyuthi menjelaskan keutamaan bagi yang mengadakan Maulid Nabi:

قال سلطان العارفين جلال الدين السيوطي في كتابه الوسائل في شرح الشمائل: ما من بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي (ص) هلا حفت الملائكة بأهل ذلك المكان وعمهم الله بالرحمة والمطوقون بالنور - يعني جبريل وميكائل وإسرافيل وقربائيل وعينائيل والصافون والحافون والكروبيون - فإنهم يصلون على ما كان سببا لقراءة مولد النبي (ص) قال: وما من مسلم قرئ في بيته مولد النبي (ص) إلا رفع الله تعالى القحط والوباء والحرق. والآفات والبليات والنكبات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص عن أهل ذلك البيت، فإذا مات هون الله تعالى عليه جواب منكر ونكير، وكان في مقعد صدق عند مليك مقتدر.

Berkata Shulthan Al-‘Arifin Jalaluddin As-Suyuthiy didalam kitabnya “al-Wasail fiy Syarhi Asy-Syamail” : “tiada sebuah rumah atau masjid atau tempat pun yang dibacakan didalamnya Maulid Nabi (صلى الله عليه وسلم) melainkan dipenuhi Malaikat yang meramaikan penghuni tempat itu (menyelubunyi tempat itu) dan Allah merantai Malaikat itu dengan rahmat dan Malaikat bercahaya (menerangi) itu antara lain Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, ‘Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun. Maka sesungguhnya mereka (malaikat) itulah yang mendo’akannya karena membaca Maulid Nabi.

Imam as-Sayuthi berkata: “Tidak ada seseorang Islam yang diperbacakan dalam rumahnya akan Mawlidin Nabi s.a.w. melainkan diangkat Allah kemarau, wabah, kebakaran, malapetaka, bala bencana, kesengsaraan, permusuhan, hasad dengki, kejahatan ‘ain (sihir pandangan) dan kecurian daripada ahli rumah tersebut, maka apabila dia mati, Allah akan mempermudahkan atasnya menjawab soal Munkar dan Nakir dan adalah dia ditempatkan pada kedudukan as-Shidq di sisi Allah Raja yang Maha Berkuasa.”

Sumber Kitabnya : http://islamport.com/w/shf/Web/714/1146.htm


3. HARI DAN TANGGAL KELAHIRAN & WAFATNYA NABI MUHAMMAD (صلى الله عليه وسلم)

Dalam Kitab Siratun Nabawiyah karya Ibnu Katsir (السيرة النبوية - ابن كثير), disebutkan bahwa:

ورواه ابن أبي شيبة في مصنفه عن عفان، عن سعيد بن ميناء، عن جابر وابن عباس أنهما قالا: ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم عام الفيل يوم الاثنين الثاني عشر من شهر ربيع الأول وفيه بعث وفيه عرج به إلى السماء، وفيه هاجر وفيه مات.

وهذا هو المشهور عند الجمهور والله أعلم.

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Mushonnafnya meriwayatkan dari Affan dari Sa'id bin Mina' dari jabir dan Ibnu Abbas, sesungguhnya keduanya berkata: Rasulullah sallahu 'alaihi wasallam di lahirkan tahun gajah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul awal dan pada hari itu beliau di utus, dan di mi`rajkan ke langit, dan berhijrah dan pada hari itu beliau meninggal dunia.

Dan ini adalah Masyhur (populer) dikalangan Jumhur Ulama'. Wallahu a'lam.

Sumber Kitabnya: http://islamport.com/w/ser/Web/930/218.htm

Terkait dengan berbarengannya Kelahiran dan Wafatnya Nabi Muhammad, Al-Imam As-Suyuthiy berfatwa ketika ada syubhat yang menyatakan bahwa memperingati wafatnya Nabi itu lebih pantas daripada memperingati Maulid Nabi atau Ketika mengadakan Maulid Nabi sama halnya dengan bersenang senang dihari kematian Nabi, dalam hal ini beliau membantahnya sebagai berikut:

إن ولادته صلى الله عليه وسلم أعظم النعم علينا ، ووفاته أعظم المصائب لنا ، والشريعة حثت على إظهار شكر النعم والصبر والسكون والكتم عند المصائب ، وقد أمر الشرع بالعقيقة عند الولادة ، وهي إظهار شكر وفرح بالمولود ، ولم يأمر عند الموت بذبح ولا بغيره بل نهى عن النياحة وإظهار الجزع ، فدلت قواعد الشريعة على أنه يحسن في هذا الشهر إظهار الفرح بولادته صلى الله عليه وسلم دون إظهار الحزن فيه بوفاته ، وقد قال ابن رجب في كتاب اللطائف في ذم الرافضة حيث اتخذوا يوم عاشوراء مأتما لأجل قتل الحسين : لم يأمر الله ولا رسوله باتخاذ أيام مصائب الأنبياء وموتهم مأتما ، فكيف ممن هو دونهم ؟!

“Sesungguhnya kelahiran Nabi (صلى الله عليه وسلم) adalah paling agungnya kenikmatan bagi kita semua, dan wafatnya Beliau (صلى الله عليه وسلم) adalah musibah yang paling besar bagi kita semua. Adapun syariat menganjurkan (menampakkan) untuk mengungkapkan rasa syukur dan kenikmatan. Dan bersabar serta tenang ketika tertimpa mushibah. Dan sungguh syari’at memerintahkan untuk (menyembelih) beraqiqah ketika (seorang anak) lahir, dan supaya menampakkan rasa syukur dan bergembira dengan kelahirannya, dan tidak memerintahkan untuk menyembelih sesuatu atau melakukan hal yang lain ketika kematiannya, bahkan syariat melarang meratap (an-niyahah) dan menampakkan keluh kesah (kesedihan). Maka (dari sini) jelas bahwa kaidah-kaidah syariat menunjukkan yang baik baik (yang paling layak) pada bulan ini (bulan Maulid) adalah menampakkan rasa gembira atas kelahirannya (Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم) dan bukan (malah) menampakkan kesedihan (mengungkapkan) kesedihan atas wafatnya Beliau” .

Dan sungguh telah berkata Ibnu Rajab di dalam kitab “al-Lathif” (اللطائف) tentang celaan terhadap ‘Ar-Rafidlah’ bahwa mereka telah menjadikan hari Asyura sebagai hari berkabung (bersedih) karena bertepatan dengan hari (pembunuhan) wafatnya sayyidina Husain : Sedangkan Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan untuk menjadikan hari-hari mushibah dan kematian para Nabi sebagai hari bersedih, maka bagaimana dengan orang derajatnya berada dibawah mereka?.

Sumber kitabnya : http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=130&ID=206

Demikian himpunan fatwa fatwa Imam As Syuyuthi seputar tentang Maulid Nabi Muhammad (صلى الله عليه وسلم), yang dapat disimpulkan bahwa Maulid Nabi memang sesuatu yang baru (Bid'ah) akan tetapi BID'AH YANG BAIK. sebenarnya masih banyak lagi fatwa fatwa para ulama ulama besar lainnya, tapi dlam tulisan ini saya cukupkan hanya fatwa Imam Asy Syuyuthi untuk menambah pengetahuan dan Kecintaan kita kepada Baginda Nabi Muhammad (صلى الله عليه وسلم). Semoga kita lebih arif dalam menyikapi perbedaan ini.
Post a Comment

Back to Top