Orang-orang
sholihin jaman dahulu sangat hati-hati dalam berfatwa. Mereka tidak
berani menjawab bila belum benar-benar yakin ada datanya. Bahkan lebih
suka fatwa dilimpahkan kepada lainnya, karena setiap jawaban kelak akan
diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT di hari kiamat
عن عبد
الرحمن ابن أبي ليلى قال أدركت عشرين ومئة من الأنصار من أصحاب رسول الله
صلى الله عليه و سلم يسأل أحدهم عن المسألة فيردها هذا إلى هذا وهذا إلى
هذا حتى ترجع إلى الأول
Diriwayatkan dari Imam Abdurrahman bin
Abi Laila, beliau berkata : Aku temui 120 shahabat anshar yang
masing-masing bila ditanya suatu masalah lebih suka mengalihkan jawaban
pada lainnya sehingga kembali pada orang semula
عن ابن مسعود وابن عباس رضي الله عنهم من أفتى في كل ما يسأل فهو مجنون
Diriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Masúd ra dan shahabat Abdullah
bin Umar ra : Barang siapa yang selalu menjawab setiap masalah yang
ditanyakan padanya, maka diaadalah orang gila
عن الشافعي وقد سئل عن مسألة فلم يجب فقيل له فقال حتى أدري أن الفضل في السكوت أو في الجواب
Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafii saat ditanya suatu masalah,
beliau diam dan tidak langsung menjawab. Saat ditanya, kenapa engkau
diam dulu tuan ? Beliau menjawab bahwa aku mohon petunjuk pada Allah SWT
sampai mendapati keyakinan bahwa keutamaan ada pada diam (tidak
menjawab ) atau menjawabnya
عن مالك أيضا أنه ربما كان يسأل عن
خمسين مسألة فلا يجيب في واحدة منها وكان يقول من أجاب في مسألة فينبغي قبل
الجواب أن يعرض نفسه على الجنة والنار وكيف خلاصه ثم يجيب
Imam Malik bin Anas ra pernah ditanya 50 masalah, dan tidak ada satupun yang beliau jawab.
Kemudian beliau berkata : Barang siapa yang mau menjawab suatu masalah,
hendaklah dia membayangkan seakan dirinya berada di antara sorga dan
neraka. Apakah jawabanya bisa menjadikan dia selamat atau justru
terjerumus ke neraka (karena ngawur) Jika sudah yakin benar, maka silahkan dia menjawab
وسئل عن مسألة فقال لا أدري فقيل هي مسألة خفيفة سهلة فغضب وقال ليس في العلم شيء خفيف
Pernah suatu saat Imam Malik bin Anas ra ditanya suatu masalah yang
ringan, namun beliau justru berkata : Aku tidak tahu jawabanya
Dikatakan padanya : Tuan, bukankah ini masalah yang sangat sepele ?.
Akkhirnya beliau marah dan berkata : Tidak ada sedikitpun yang remeh
dalam masalah ilmu
Marilah kita hati-hati dalam menjawab setiap
masalah atau berbicara masalah ilmu. Jangan ngarang dan merekayasa
dengan mengandalkan akal kita yang sangat terbatas. Jika tidak memiliki
data-data akurat dari kitab para ulama madzahib arbaáh, lebih selamat
kita diam saja. Tidak perlu merasa gengsi ataui rendah justru. Justru
ulama-ulama besar jaman dahulu lebih suka diam dan tidak asal
menjawab/berbicara
قال الشافعي ما رأيت أحدا جمع الله تعالى فيه من آلة الفتيا ما جمع في ابن عيينة أسكت منه على الفتيا
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafii ra berkata : Saat ini tiada
seorangpun di sisi Allah SWT yang lebih komplit dan layak berfatwa
seperti Imam Sufyan bin Úyainah, namun beliau lebih suka diam dan tidak
sembarangan berfatwa
Sumber : Adaabul Fatwa Lil Imam Abu Zakariya Yahya bin Syarof An-Nawawiy