بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله وكفى وصلاة وسلام على الرسول المصطفى واله وأصحابه ومن بأثارهم اقتفى (وبعد)
Secara singkat untuk mengetahui hukum dari TAHLILAN, terlebih dahulu harus mengetahui
tentang apa itu bid'ah atau perkara yang di ada adakan setelah
Rosulillah SAW, sebab dengan mengetahuinya akan dapat mengerti apakah
TAHLILAN tersebut masuk pada kategori bid'ah yang harus di tinggalkan
dan di hapus apa tidak? Karna memang acara TAHLILAN yang di laksanakan
aswaja terutama NU secara prakteknya tidak pernah di kerjakan oleh
Rosululloh SAW, maupun oleh para sahabat sehingga kesimpulannya TAHLILAN
itu merupakan perkara yang di ada adakan setelah beliau atau bid'ah.
Sedangkan Rosululloh SAW telah bersabda:
من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
Barangsiapa yang mengadakan di dalam agama kami perkara baru yang tidak
bersumber darinya, maka perkara itu tertolak (H.R.bukhori, muslim)
فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة
Bahwasannya sebaiknya perkataan itu adalah kitabnya Alloh, dan
sebaiknya petunjuk itu adalah petunjuknya muhammad, dan sejeleknya
perkara itu adalah perkara barunya (bid'ah), dan tiap bid'ah itu sesat
[H.muslim]
Jika memandang sekilas hadits tersebut tentu saja
tahlilan juga akan termasuk ke dalam sabda ini, karna praktek TAHLILAN
tidak pernah ada di jaman nabi dan para sahabat, sehingga seharusnya di
tinggalkan dan di hapus. Akan tetapi aswaja sebagai penerus dari ajaran
salafussoleh, tentu saja pemahaman tentang hadits ini juga di kembalikan
pada pemahaman mereka. Bagaimana salafussoleh memahaminya?? imam syafii
Rodiyallohu anhu berkata:
المحدثات ضربان ما أحدث يخالف كتابا
أو سنة أو أثرا أو إجماعا فهذه البدعة ضلالة. وما أحدث من الخير لا خلاف
فيه لواحد من هذا فهذه محدثة غير مذمومة
Perkara baru itu ada
dua macam, pertama: perkara baru yang menyalahi Al qur'an, atau hadits,
atau atsar, atau ijma' maka perkara baru ini adalah bid'ah yang sesat.
Kedua: perkara baik yang baru tetapi tidak menyalahi salah satu darinya
(Al qur'an, hadits, atsar, dan ijma') maka perkara baru ini adalah
bid'ah yang tidak tercela
Dari pendapat imam syafii tersebut dapat di mengerti bahwasannya hadits
bid'ah itu tidaklah bersifat umum sehingga semua perkara baru itu harus
di tinggalkan dan di hapus, akan tetapi harus meninjau ulang, apakah
perkara baru itu menyalahi Al qur'an, hadits, atsar, ijma' apa tidak??
Jika menyalahinya maka harus di tinggalkan karna perkara itu jelas
bid'ah sesat. Namun apabila tidak, bahkan masih merujuk kepada Al qur'an
maupun hadits nabi baik hadits yang berupa ucapan nabi, maupun
perbuatan dan taqrirnya maka perkara itu bukan bid'ah sesat tetapi masih
ada dalam jalur agamanya Rosululloh SAW, yang dapat mendatangkan
pahala.
Sekarang, apakah tahlilan itu ada sumbernya dari Al
qur'an, hadits, atsar maupun ijma' apa tidak? Kita urai satu persatu
dari rangkaian acara dalam tahlilan tersebut, agar dapat jelas
kedudukannya, sebab untuk mengetahui hukum satu perkara, itu harus di
tinjau dari berbagai segi dan aspeknya. Rangkaian acara TAHLILAN itu
ialah:
[1]-berkumpul untuk berdzikir. Dalilnya adalah hadits nabi SAW, yang berbunyi:
لا يقعد قوم يذكرون الله إلا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده
Tidaklah duduk satu kaum untuk berdzikir kepada Alloh, kecuali para
malaikat mengelilingi mereka, dan rahmat menyelimuti mereka, dan Alloh
menyebut mereka kepada para malaikat di sisiNya [H.muslim, tirmidzi,
ibnu majah]
Hadits yang mutlak yang tidak terikat dengan
situasi dan kondisi tersebut dapat mengindikasikan, bahwa berkumpul
untuk berdzikir kepada Alloh, di manapun, pada situasi bagaimanapun, itu
tetap mendatangkan rahmat Alloh dan mengundang para malaikatNya. Dan
masih banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan dzikir dan
majlisnya.
[2]- dzikir yang di baca di dalamnya terdiri dari
tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir, yang semuanya berpahala sedekah.
Dalilnya ialah hadits nabi:
عن أبي ذر ان ناسا من أصحاب رسول
الله صلى الله عليه وسلم قالوا للنبي صلى الله عليه وسلم: يا رسول الله ذهب
أهل ألدثور بالأجور يصلون كما نصلى ويصومون كما نصوم ويتصدقون بفضل
أموالهم . قال أوليس قد جعل الله لكم ما تصدقون ان بكل تسبيحة صدقة وكل
تكبيرة صدقة وكل تحميدة صدقة وكل تهليلة صدقة وأمر بالمعروف صدقة ونهي عن
منكر صدقة وفي بضع أحدكم صدقة. قالوا يا رسول الله أياتي أحدنا شهوته ويكون
له فيها أجر؟ قال نعم أر أ يتم لو وضعتها فى حرام أكان له وزر؟ فكذلك إذا
وضعها فى الحلال كان له أجر
Dari abu dzar, bahwasannya ada
gerombolan para sahabat nabi SAW yang berkata kepada beliau" Ya
rosululloh, orang orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang
banyak, mereka melaksanakan sholat sebagaimana kami sholat, mereka
berpuasa sebagaimana kami berpuasa, mereka bersedekah dengan kelebihan
harta mereka" (Nabi bersabda): bukankah Alloh telah menjadikan sesuatu
yang dapat di jadikan sedekah oleh kalian? Sesungguhnya pada tiap bacaan
tasbih itu merupakan sedekah, pada tiap bacaan takbir itu merupakan
sedekah, pada tiap bacaan tahmid itu merupakan sedekah, pada tiap bacaan
tahlil itu merupakan sedekah, menyuruh kebaikan itu sedekah, melarang
kemungkaran itu sedekah , dan pada kemaluan kalian itu terdapat sedekah"
(para sahabat) itu berkata" ya Rosulalloh, jika salah satu dari kami
menyalurkan syahwatnya apakah berpahala??" (Rosululloh menjawab"
bukankah kamu sudah tahu? Andaikan syahwat itu di salurkan kepada yang
haram itu berdosa? Begitu juga jika syahwat itu di letakkan ke dalam
yang halal maka akan mendapatkan pahala. [H.muslim].
[3]-doa bersama, dengan di pimpin satu orang kiai atau ustadz, dan di amini oleh yang lain. Dalilnya adalah sabda nabi:
لا يجتمع ملاء فيدعو بعضهم ويوءمن بعضهم إلا أجابهم الله
Tidaklah berkumpul satu kaum, kemudian satu di antara mereka ada yang
berdoa, dan sebagiannya ada yang mengamini, kecuali pasti Alloh akan
mengabulkan mereka [H.thobroni, Al hakim, Al baihaqi. Al haitsami dengan sanad hasan]
[4]-sedekah. Dalilnya adalah hadits:
عن ابن عباس ان رجلا قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم ان أمي توفيت
أينفعها ان تصدقت عنها؟ قال نعم. قال فإن لى مخرفا واني اشهدك اني قد تصدقت
عنها
Dari ibnu abbas, bahwasannya ada seorang lelaki bertanya
kepada Rosululloh SAW" sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, apakah
jika aku bersedekah akan bermanfaat kepadanya?" (Nabi menjawab)" iya"
(lelaki itu berkata): sungguh aku mempunyai kebun kurma, aku
menjadikanmu sebagai saksi bahwa aku menyedekahkan kebun itu untuk
ibuku"
[H.bukhori, muslim, abu dawud, tirmidzi, nasa'i, ahmad,
Al baihaqi, Al hakim, dengan teks berbeda tetapi satu makna. Referensi:
mausu'ah takhrij: hadits ke: 20704]
[5]-sampainya pahala
bacaan. Dalam masalah sampainya pahala bacaan itu berdasarkan fatwa para
ulama pakar dari berbagai madzhab.
•MADZHAB SYAFIIYAH: imam nawawi berkata:
ويستحب للزاءر ان يسلم على المقابر ويدعو لمن يزوره ولجميع أهل المقبرة
والأفضل ان يكون السلام والدعاء مما ثبت فى الحديث . ويستحب ان يقرأ ما
تيسر من القرءان ويدعو لهم عقبها. نص عليه الشافعي واتفق عليه الأصحاب
Di sunnahkan bagi peziarah kubur, untuk mengucapkan salam di atas
pekuburan dan berdoa buat mayyit yang di ziarahinya dan buat semua ahli
pekuburan itu. Dan yang lebih utama ucapan salam dan doanya menggunakan
bacaan yang telah tsubut haditsnya. Juga di sunnahkan membaca apa yang
di rasa ringan dari Al qur'an kemudian setelah itu berdoa, hukum ini
telah di nash (nyatakan) oleh imam syafii, dan di sepakati oleh para
ulama syafiiyah (majmu' syarh muhaddzab: 5/286)
وأي قربة فعلها من دعاء واستغفار وصلاة وحج وقراءة وغير ذلك وجعل ثواب ذلك
للميت المسلم نفعه ذلك قال احمد الميت يصل اليه كل شيء من الخير للنصوص
الواردة فيه. ولأن المسلمين يجتمعون فى كل مصر ويقرءون ويهدون لموتاهم من
غير نكير فكان إجماعا وكالدعاء والاستغفار حتى لو أهداها للنبي صلى الله
عليه وسلم جاز ووصل اليه الثواب
Apapun dari amalan Al qurbah,
yang berupa doa, istighfar, sholat, haji, bacaan Al qur'an dan
sebagainya yang di kerjakan seseorang, kemudian orang itu menjadikan
pahalanya untuk mayyit maka pahala amalan itu akan bermanfaat bagi
mayyit itu. imam ahmad telah berkata" akan sampai kepada mayyit (pahala)
tiap kebaikan karna adanya nash nash yang telah menyebutkan hal itu"
juga bahwasannya kaum muslimin mengadakan perkumpulan membaca Al qur'an
bersama di tiap negeri dan menghadiahkan (pahalanya) untuk keluarga
mereka yang sudah meninggal tanpa adanya pengingkaran (dari para ulama)
maka secara tidak langsung perbuatan tersebut merupakan ijma' (konsensus
ulama) sebagaimana doa dan istighfar, bahkan jika bacaan itu di
hadiahkan kepada nabi SAW niscaya boleh dan pahalanya akan sampai kepada
beliau [Al mubdi' ibnu muflih: 2/279]
•MADZHAB HANAFIYAH: imam Az-zaila'iy Al hanafi berkata:
ان الانسان له ان يجعل ثواب عمله لغيره عند أهل السنة والجماعة صلاة كان
أو صوما أو حجا أو صدقة أو قراءة قرءان أو الاذكار إلى غير ذلك من جميع
أنواع البر ويصل ذلك إلى الميت وينفعه
Menurut ahlussunnah wal
jamaah, Boleh bagi seseorang untuk menjadikan pahala amalnya untuk orang
lain, baik berupa sholat, maupun puasa, haji, sedekah, bacaan Al qur'an
dan dzikir, dan sebagainya dari aneka ragam kebajikan, dan pahalanya
akan sampai dan bermanfaat untuk mayyit tersebut [Tabyinul haqo'iq. Az-zaila'iy: 2/83]
•MADZHAB MALIKIYAH: Al allamah Al imam abu zaid Al fasi berkata:
الميت ينتفع بقراءة القرءان وهذا هو الصحيح والخلاف فيه مشهور والإجرة عليه جائزة والله أعلم
Mayyit itu dapat mengambil manfaat dengan pembacaan Al qur'an, ini
merupakan pendapat yang soheh, dan perbedaan pendapat tentang ini telah
masyhur, dan meminta ongkos atas pembacaan Al qur'an ini juga boleh,
wallohu a'lam [is'aful muslimin wal muslimat. Syekh muhammad Al arobi
At-tabbaniy]
•FATWA IBNU TAIMIYAH:
وسئل: عن قراءة أهل الميت تصل اليه؟ والتسبيح والتحميد والتهليل والتكبير إذا أهداه إلى الميت يصل اليه ثوابها أم لا؟
فأجاب: يصل إلى الميت قراءة أهله وتسبيحهم وتكبيرهم وسائر ذكرهم لله تعالى إذا اهدوه إلى الميت وصل إليه والله أعلم
Beliau di tanya: tentang pembacaan Al qur'an oleh keluarga mayyit
apakah akan sampai kepada mayyit itu? Dan bacaan tasbih, tahmid, tahlil,
takbir apabila mereka menghadiahkannya kepada mayyit, pahalanya itu
akan sampai kepadanya apa tidak?
Beliau menjawab: bacaan Al
qur'an keluarganya akan sampai kepada mayyit itu. Dan pembacaan tasbih,
takbir, dan segala macam dzikir jika mereka menghadiahkannya kepada
mayyit akan sampai kepadanya wallohu a'lam [majmu' fatawa: 24/324]
[5]-penentuan waktu: dalilnya mengambil dari istinbath ulama pakar hadits yaitu Al Allamah imam ibnu hajar Al asqolani:
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال كان النبي صلى الله عليه وسلم يأتي مسجد قباء كل سبت ماشيا وراكبا وكان عبد الله رضي الله عنه يفعله
Dari ibnu umar RA, beliau berkata: nabi SAW, selalu mendatangi masjid
quba' tiap hari sabtu dengan berjalan kaki dan berkendaraan, Abdulloh
bin umar RA, juga melakukan hal yang sama
Mengomentari hadits ini beliau berkata:
وفى هذا الحديث على اختلاف طرقه دلالة على جواز تخصيص بعض الأيام ببعض الأعمال الصالحة والمداومة على ذلك
Dalam hadits ini dengar berbagai jalurnya yang berbeda beda, terdapat
petunjuk atas bolehnya menentukan sebagian hari hari dengan sebagian
amal saleh dan melakukannya secara terus menerus [Fathul bari: 3/69]
Bahkan ada riwayat dari imam thowus bin kaisan RA, beliau berkata:
ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون ان يطعم عنهم تلك الأيام
Sesungguhnya orang yang mati, itu akan di uji di dalam kuburnya selama
tujuh hari berturut turut, karna itulah mereka (kaum salaf) menyukai
untuk bersedekah untuk orang mati itu selama tujuh hari tersebut
[abu nuaim, Hilyatul awliya' 4/11. Ibnu rajab, Ahwalul qubur No: 32.
Ibnu hajar Al matholibul aliyah: 5/330. Al hafidz imam suyuti, Al hawi
lil fatawi: 2/178]
Selebihnya pembagian waktu tersebut, hanya
merupakan adat sebagaimana pendapat syekh nawawi Al bantani di dalam
kitabnya nihayatuz zain:
والتصدق عن الميت بوجه شرعي مطلوب ولا
يتقيد بكونه فى سبعة أيام أو أكثر أو أقل. وتقييده ببعض الأيام من العوائد
فقط كما افتى بذلك السيد احمد دحلان . وقد جرت عادة الناس بالتصدق عن الميت
فى ثالث من موته وفى سابع وفى تمام العشرين وفى الأربعين وفى المائة وبعد
ذلك يفعل كل سنة حولا فى يوم الموت كما أفاده شيخنا يوسف السنبلاويني
Dan bersedekah untuk mayyit dengan cara yang sesuai syariat itu di
perintahkan, dan sedekah itu tidak terikat dengan tujuh hari, atau lebih
atau kurang, dan mengikatnya dengan waktu itu hanya merupakan adat
istiadat saja (bukan keharusan), sebagaimana yang telah di fatwakan oleh
sayyid ahmad dahlan, dan telah menjadi tradisi di tengah masyarakat
dengan melakukan sedekah pada hari ke 3, 7, 20, 40, 100, kemudian di
lakukan tiap tahun pas di hari kematiannya, seperti yang di sebutkan
oleh guruku syekh yusuf As-sambalawiniy [Nihayatuz zain No: 281 maktabah syamilah]
Demikian sekelumit dari dalil TAHLILAN di antara sekian dalil dalil
yang ada, yang menunjukkan bahwa amaliyah aswaja tersebut bersumber dari
sumber yang dapat di pertanggung jawabkan, sehingga tidak termasuk ke
dalam bid'ah sayyi'ah yang harus di hapus dan di tinggalkan, akan tetapi
perlu di lestarikan karna dapat mendatangkan pahala dan manfaat bagi
mayyit yang di Tahlilkan. Wallohu a'lam.
HORMAT KAMI: Abiel Mikdad Ali khaidar. Rabu malam kamis: 16 Ramadlan 1434 H.