Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
مَا
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي
رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي
أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي
أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي
ثَلَاثًا
.
فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ
عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat (lail) baik di dalam
bulan ramadhan maupun di luar ramadhan tidak pernah lebih dari 11
rakaat. Beliau memulai dengan mengerjakan 4 rakaat, kamu tidak usah
menanyakan bagaimana baik dan panjangnya shalat beliau. Setelah itu
beliau kembali mengerjakan 4 rakaat, kamu tidak usah menanyakan
bagaimana baik dan panjangnya shalat beliau. Kemudian beliau shalat tiga
rakaat.”
Aisyah berkata: Lalu aku bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah anda tidur sebelum witir?” Beliau menjawab, “Wahai
Aisyah, sesungguhnya kedua mataku memang tidur namun hatiku tidak.” (HR.
Al-Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738)
Dalam riwayat lain Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallâhu'anha dalam pernyataannya :
مَا
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَزِيْدُ فـِي
رَمَضَانَ وَ لاَ فـِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَتً يُصَلِّى
أَرْبَعً فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلِـهِنَّ ثُـمَّ يُصَلِّى
أَرْبَعً فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلِـهِنَّ ثُـمَّ
يُصَلِّى ثَلاَثً
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi
wasallam pada bulan Ramadhan dan diluar Ramadhan tidak pernah shalat
lebih dari sebelas rakaat, Beliau shallallâhu 'alaihi wasallam shalat
empat rakaat, jangan tanya tentang bagus dan panjangnya shalat beliau.
Kemudian shalat lagi empat rakaat, jangan tanya tentang bagus dan
panjangnya shalat beliau. Kemudian beliau shallallâhu 'alaihi wasallam
shalat tiga raka’at.
(Muttafaqun ‘alaihi).(Shahîh Fiqhus Sunnah 1/388).
Note
: Perhatikan dengan seksama, Siti Aisyah Menuturkan 11 rakaat, pertama
4 rakaat, kemudian 4 rakaat, di tambah 3 rakaat, jadi 4 + 4 + 3 = 11.
Kemudian lihat kalimat “mengerjakan shalat (lail) baik di dalam bulan
ramadhan maupun di luar ramadhan tidak pernah lebih dari 11 rakaat “
Apakah ini berarti Rasulullah pernah tarawih di luar ramadhan? Jawabnya
Pasti tidak pernah, sebab sejauh ini tidak ada satu riwayatpun yang
mengatakan Nabi pernah tarawih di luar ramadhan.
Kemudian
kalimat di atas selalu menyebut “ (Jangan tanya tentang bagus dan
panjang shalat beliau)” dalam hal ini memang banya riwayat menyebutkan
Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam memperlama berdiri, sujud dan
memperbanyak do’a pada saat ruku‘ dan sujud, sampai-sampai diceritakan
dalam riwayat Hudzaifah radhiyallâhu'anhu bahwa Beliau Shallallâhu
'Alaihi Wasallam membaca al-Baqarah, an-Nisâ‘ dan Ali ‘Imran.
Beliau
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam membaca dengan pelan-pelan. Beliau berdo’a
saat membaca ayat-ayat tentang rahmat, dan memohon perlindungan ketika
membaca ayat-ayat tentang siksa Allâh Ta'ala. Jika melewati ayat yang
mengandung tasbih, Beliau bertasbih. Waktu ruku‘ Beliau hampir sama
dengan lama berdirinya, sujudnya hampir sama dengan ruku’nya.
Inilah sunnah Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dalam shalat malam dan tahajjud Beliau secara umum.
Hadist
yang berkaitan dengan hadist di atas adalah Dari Abdullah bin Amr
radhiallahu anhuma dia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى
اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلَاةِ إِلَى اللَّهِ صَلَاةُ
دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ
ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
“Sesungguhnya
puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud, sedangkan shalat
yang paling disukai Allah adalah juga shalat Daud alaihissalam. Beliau
tidur hingga pertengahan malam, kemudian bangun (untuk shalat lail)
selama sepertiga malam, lalu kembali tidur pada seperenamnya (sisa
malam). Dan beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR. Al-Bukhari
no. 1131)
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ
اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
“Jika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun di malam hari untuk
menunaikan shalat malam, biasanya beliau memulai shalatnya dengan dua
rakaat ringan.” (HR. Muslim no. 767)Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
“Shalat
malam adalah dua raka’at dua raka’at. Jika engkau khawatir masuk waktu
shubuh, lakukanlah shalat witir satu raka’at.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dilanjutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Bantulah
aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (shalat).”
(HR. Muslim no. 489) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan :
فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Sesungguhnya
engkau tidaklah melakukan sekali sujud kepada Allah melainkan Allah
akan meninggikan satu derajat bagimu dan menghapus satu kesalahanmu.”
(HR. Muslim no. 488)
Hadist di atas hendaknya janganlah kalian
semua memutus-mutus atau menggunting-gunting, Apabila kita mau
mentauladani sunnah Rasul hendaknya kita harus amanah tidak membongkar
pasang hadist kita bawa untuk kepentingan, biarlah itu apa adanya dan
pada tempatnya, Sesungguhnya masih buanyak hadist dan astar-astar yang
berkaitan dengan itu (qiyamullail) Bersifat amm, Namun biarlah biar
tidak terkesan tajam.
Apakah Anda Berpikir "Mana Dalil
tarawih nya?" atau juga anda berpikir Dalil di atas sama sekali tidak
berbicara tentang tarawih...! Betul sekali, sayapun juga berpikir
seperti itu, Tapi tidak mengapalah walaupun terkesan memaksakan diri,
apabila hadist di atas di jadikan hujjah untuk tarawih, Memang tidak ada
satupun hadist yang berbicara tarawih itu 8 maupun 11 rakaat.
Kemudian
Biar menemukan titik terang apakah hadist-hadist di atas itu bisa di
jadikan dalil dari shalat tarawih? Maka kita Tinjau dari perowi hadist
itu sendiri yaitu Imam Bukhori dan imam Muslim yang meriwayatkan hadist
di atas, Apakah imam Bukhori dan imam Muslim melaksanakan tarawih 8 / 11
ataukah 20?
Bersambung....