JUAL-BELI DENGAN ALLAH SWT
(حديث مقطوع) قَالَ الْفَقِيهُ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ
حَدَّثَنَا أَبِي رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى ، بِإِسْنَادِهِ عَنْ عَبْدِ
الْوَاحِدِ بْنِ زَيْدٍ رَحِمَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى , قَالَ : " بَيْنَمَا
أَنَا يَوْمًا فِي مَجْلِسِنَا هَذَا ، وَقَدْ تَهَيَّأْنَا لِلْخُرُوجِ
إِلَى الْغَزْوِ ، وَقَدْ أَمَرْتُ أَصْحَابِي أَنْ يَتَهَيَّئُوا غَدَاةَ
الْإِثْنَيْنِ ، وَقَدْ قَرَأَ رَجُلٌ فِي
مَجْلِسِنَا : إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ سورة التوبة آية 111 ، الْآيَةَ
،
(Hadits maqthu')
Al-Faqih RA berkata, telah
menceritakan kepada kami ayahku RA, dengan sanad dari Abdul Wahid bin
Zaid berkata, "Ketika kami sedang duduk-duduk di majlis kami, aku pun
sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk
bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki
membaca ayat, (artinya) "Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang
mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi Surga." (At-Taubah: 111)."
فَقَامَ غُلَامٌ ابْنُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً ، أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ ,
وَقَدْ مَاتَ أَبُوهُ وَأَوْرَثَهُ مَالًا كَثِيرًا ، فَقَالَ : يَا عَبْدَ
الْوَاحِدِ ، إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ، فَقُلْتُ : نَعَمْ حَبِيبِي .
فَقَالَ لِي : إِنِّي أُشْهِدُكَ يَا عَبْدَ الْوَاحِدِ أَنِّي قَدْ
بِعْتُ نَفْسِي ، وَمَالِي بِأَنَّ لِيَ الْجَنَّةَ ، فَقُلْتُ لَهُ : إِنّ
حَدَّ السَّيْفِ أَشَدُّ مِنْ ذَلِكَ وَأَنْتَ صَبِيٌّ ، وَإِنِّي أَخَافُ
عَلَيْكَ أَنْ لَا تَصْبِرَ وَتَعْجَزَ عَنْ ذَا الْبَيْعِ
Maka
seorang lelaki berumur 15 tahun berdiri, atau sepertinya, dan telah
meninggal ayahnya serta meninggalkan harta yang banyak. maka Ia
bertanya: Wahai Abdul Wahid, apakah Allah akan membeli dari orang-orang
mu'min jiwa dan harta mereka dengan surga?, aku menjawab :"Iya wahai
saudaraku".
Lelaki itu berkata, "Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul
Wahid, sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan
aku memperoleh Surga."
Aku menjawab, "Sesungguhnya ketajaman pedang
itu melebihi segala-galanya. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai,
aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar dan tidak mendapatkan
keuntungan dari perdagangan ini."
قَالَ : فَقَالَ لِي : يَا
عَبْدَ الْوَاحِدِ إِنِّي أُبَايِعُ اللَّهَ بِالْجَنَّةِ ، ثُمَّ أَعْجَزُ
إِنِّي أُشْهِدُكَ أَنِّي بَايَعْتُ اللَّهَ فَقَالَ : فَتَقَاصَرَتْ
إِلَيْنَا أَنْفُسُنَا فَقُلْنَا : صَبِيٌّ يَفْعَلُ وَنَحْنُ لَا نَفْعَلُ
، قَالَ : فَخَرَّجَ مِنْ مَالِهِ كُلَّهُ يَعْنِي تَصَدَّقَ بِهِ ، إِلا
فَرَسَهُ وَسِلَاحَهُ وَنَفَقَتَهُ ، فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ الْخُرُوجِ
كَانَ أَوَّلَ مَنِ طَلَعَ عَلَيْنَا ، فَقَالَ : السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا
عَبْدَ الْوَاحِدِ ، فَقُلْتُ لَهُ : وَعَلَيْكَ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، ارْبَحِ الْبَيْعَ ،
Lelaki itu berkata,
"Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Allah dengan harapan
mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan kepadamu itu
akan melemah." Dia berkata, "Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan
kami semua, …kalau orang kesayanganku saja mampu berbuat, apakah kami
tidak?" Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah
kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang. Ketika
kami telah berada di medan perang dialah laki-laki pertama kali yang
tiba di tempat tersebut. Dia berkata, "Assalamu ’alaika wahai Abdul
Wahid," Aku menjawab, "Wa'alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh,
alangkah beruntungnya perniagaan ini."
ثُمَّ سِرْنَا وَهُوَ
مَعَنَا يَصُومُ النَّهَارَ وَيَقُومُ اللَّيْلَ وَيَخْدِمُنَا ، وَيَرْعَى
دَوَابَّنَا ، وَيَحْرُسُنَا إِذَا بِتْنَا ، حَتَّى دُفِعْنَا إِلَى
بِلَادِ الرُّومِ ، فَبَيْنَمَا نَحْنُ كَذَلِكَ يَوْمًا إِذْ أَقْبَلَ
وَهُوَ يُنَادِي ، وَاشَوْقَاهُ إِلَى الْعَيْنَاءِ الْمَرْضِيَّةِ حَتَّى
قَالَ أَصْحَابِي لَعَلَّهُ وَسْوَسَ الْغُلَامُ أو خلط عقله ، حتى دنا
وجعل ينادي يا عبد الواحد لَا صَبْرَ لِي وَاشَوْقَاهُ إِلَى الْعَيْنَاءِ
الْمَرْضِيَّةِ ، فَقُلْتُ : حَبِيبِي وَمَا هَذِهِ الْعَيْنَاءُ
الْمَرْضِيَّةُ ؟ قَالَ : إِنِّي غَفَوْتُ غَفْوَةً ، يَعْنِي نِمْتُ
نَوْمَةً ، فَرَأَيْتُ كَأَنَّهُ أَتَانِي آتٍ فَقَالَ : أَذْهَبُ بِكَ
إِلَى الْعَيْنَاءِ الْمَرْضِيَّةِ ، فَهَجَمَ بِي عَلَى رَوْضَةٍ فِيهَا
شَطُّ نَهْرٍ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ ، فَإِذَا عَلَى شَطِّ النَّهْرِ
جَوَارٍ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحُلِيِّ وَالْحُلَلِ مَا لَا أَصِفُ ،
Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa
berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami
dan menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami
tidur, sampai kami tiba di wilayah Romawi.
Ketika kami sedang
duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil berkata,
"Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli." Kawan-kawanku
berkata, "Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung." Dia mendekati
kami lalu berkata, "Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku
sangat rindu pada bidadari bermata jeli." Aku bertanya, "Wahai
saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu."
Laki-laki itu menjawab, "Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku
bermimpi ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, 'Pergilah kamu
menemui bidadari bermata jeli.' Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku
untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih.
Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah
sampai-sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.
فَلَمَّا رَأَيْنَنِي اسْتَبْشَرْنَ ، وَقُلْنَ : هَذَا زَوْجُ
الْعَيْنَاءِ الْمَرْضِيَّةِ قَدْ قَدِمَ ، فَقُلْتُ : السَّلَامُ
عَلَيْكُنَّ أَفِيكُنَّ الْعَيْنَاءُ الْمَرْضِيَّةُ ؟ فَقُلْنَ : لَا
نَحْنُ خَدَمٌ لَهَا وَإِمَاؤُهَا ، فَتَقَدَّمْ أَمَامَكَ فَتَقَدَّمْتُ ،
فَإِذَا بِنَهْرٍ فِيهِ لَبَنٌ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ ، فِي رَوْضَةٍ
فِيهَا مِنْ كُلِّ زِينَةٍ ، فِيهَا جَوَارٍ ، فَلَمَّا رَأَيْتُهُنَّ
افْتُتِنْتُ مِنْ حُسْنِهِنَّ وَجَمَالِهِنَّ ، فَلَمَّا رَأَيْنَنِي
اسْتَبْشَرْنَ وَقُلْنَ : هَذَا وَاللَّهِ زَوْجُ الْعَيْنَاءِ
الْمَرْضِيَّةِ قَدْ قَدِمَ عَلَيْنَا ، فَقُلْتُ : السَّلَامُ عَلَيْكُنَّ
أَفِيكُنَّ الْعَيْنَاءُ الْمَرْضِيَّةُ ؟ فَقُلْنَ : وَعَلَيْكَ
السَّلَامُ يَا وَلِيَّ اللَّهِ نَحْنُ خَدَمٌ لَهَا وَإِمَاءٌ لَهَا
فَتَقَدَّمْ أَمَامَكَ فَتَقَدَّمْتُ ،
Ketika para pelayan
cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata, 'Demi
Allah, suami bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.' Kemudian aku
berkata, 'Assalamu Alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari
bermata jeli?' Pelayan cantik itu menjawab, 'Tidak, kami sekedar pelayan
dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan terus!'
Aku pun
meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yang
mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada di sebuah
taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan
bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat
mereka aku terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar
gembira dan berkata kepadaku, 'Demi Allah telah datang suami bidadari
bermata jeli.' Aku bertanya, 'Assalamualaikunna, apakah di antara kalian
ada bidadari bermata jeli?' Mereka menjawab, Waalaikassalam wahai
waliyullah, kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli,
silahkan terus.'
فَإِذَا بِنَهْرٍ آخَرَ مِنْ خَمْرٍ ، عَلَى
شَطِّ الْوَادِي فِيهِ جَوَارٍ أَنْسَيْنَنِي مَنْ خَلَّفْتُ ، فَقُلْتُ :
السَّلَامُ عَلَيْكُنَّ : أَفِيكُنَّ الْعَيْنَاءُ الْمَرْضِيَّةُ ؟
فَقُلْنَ : لَا نَحْنُ إِمَاءٌ لَهَا وَخَدَمٌ لَهَا امْضِ أَمَامَكَ ،
فَتَقَدَّمْتُ فَإِذَا بِنَهْرٍ آخَرَ مِنْ عَسَلٍ مُصَفَّى ، وَرَوْضَةٌ
فِيهَا جَوَارٍ لَهُنَّ مِنَ النُّورِ وَالْجَمَالِ مَا أَنْسَانِي مَنْ
خَلَّفْتُ ، فَقُلْتُ : السَّلَامُ عَلَيْكُنَّ أَفِيكُنَّ الْعَيْنَاءُ
الْمَرْضِيَّةُ ؟ قُلْنَ : يَا وَلِيَّ الرَّحْمَنِ نَحْنُ إِمَاءٌ لَهَا
امْضِ أَمَامَكَ ،
Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada
di sebuah sungai khamr berada di pinggir lembah, di sana terdapat
bidadari-bidadari sangat cantik yang membuat aku lupa dengan kecantikan
bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Aku berkata,
'Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?'
Mereka menjawab, 'Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari
bermata jeli, silahkan maju ke depan.'
Aku berjalan maju, aku
tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di sebuah taman dengan
bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita,
membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya. Aku
bertanya, 'Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari
bermata jeli?' Mereka menjawab, 'Wahai waliyurrahman, kami ini pembantu
dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi.'
فَتَقَدَّمْتُ
فَوَقَعْتُ فِي خَيْمَةٍ مِنْ دُرَّةٍ مُجَوَّفَةٍ عَلَى بَابِ
الْخَيْمَةِ جَارِيَةٌ عَلَيْهَا مِنَ الْحُلِيِّ وَالْحُلَلِ مَا لَا
أَصِفُهُ ، فَلَمَّا رَأَتْنِي اسْتَبْشَرَتْ وَنَادَتْ مِنَ الْخَيْمَةِ ،
أَيَّتُهَا الْعَيْنَاءُ الْمَرْضِيَّةُ هَذَا بَعْلُكِ قَدْ قَدِمَ قَالَ
: فَدَنَوْتُ مِنَ الْخَيْمَةِ فَدَخَلْتُ فِيهَا فَإِذَا هِيَ عَلَى
سَرِيرِهَا قَاعِدَةٌ وَسَرِيرُهَا مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّلٍ بِالدُّرِّ
وَالْيَاقُوتِ ، فَلَمَّا رَأَيْتُهَا افْتُتِنْتُ فِيهَا وَهِيَ تَقُولُ :
مَرْحَبًا بِوَلِيِّ الرَّحْمَنِ قَدْ دَنَا لَكَ الْقُدُومُ عَلَيْنَا ،
فَذَهَبْتُ لِأَعْتَنِقَهَا ، فَقَالَتْ : مَهْلًا فَإِنَّهُ لَمْ يَكُنْ
لَكَ أَنْ تُعَانِقَنِي ، فَإِنَّ فِيكَ رُوحَ الْحَيَاةِ وَأَنْتَ
تُفْطِرُ اللَّيْلَةَ عِنْدَنَا إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ،
Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda
terbuat dari mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang
bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri
tidak mampu mengungkapka keindahannya. Begitu bidadari itu melihatku dia
memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda, 'Wahai
bidadari bermata jeli, suamimu datang!'
Kemudian aku mendekati
kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas
ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian. Begitu aku
melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan berkata,
'Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.'
Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, 'Sebentar, belum
saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan.
Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya
Allah.
فَانْتَبَهْتُ يَا عَبْدَ الْوَاحِدِ وَلَا صَبْرَ لِي
عَنْهَا ، قَالَ عَبْدُ الْوَاحِدِ : فَمَا انْقَطَعَ كَلَامُنَا حَتَّى
ارْتَفَعَتْ لَنَا سَرِيَّةٌ مِنَ الْعَدُوِّ فَحَمَلْنَا عَلَيْهِمْ
وَحَمَلَ الْغُلَامُ ، قَالَ : فَعَدَدْتُ تِسْعَةً مِنَ الْعَدُوِّ
الَّذِينَ قَتَلَهُمُ الْغُلَامُ وَكَانَ هُوَ الْعَاشِرَ ، فَمَرَرْتُ
بِهِ وَهُوَ يَتَشَحَّطُ فِي دَمِهِ فَضَحِكَ مِلْءَ فِيهِ حَتَّى فَارَقَ
الدُّنْيَا .
Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul
Wahid. Kini aku sudah tidak bersabar lagi, ingin bertemu dengan
bida-dari bermata jeli itu."
Abdul Wahid menuturkan, "Belum
lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) selesai, kami mendengar
pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas
meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.
Setelah peperangan
berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan 9 orang
musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang ke sepuluh yang
terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya
berlu-muran darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada
akhir hidupnya
Sumber :
الكتب » تنبيه الغافلين لابي الليث السمر قندي - باب الحكايات.
Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abul Laits as-Samarqandi dalam bab Al-Hikayat.